Rabu, 04 November 2015

Mengapa Yesus tidak menyatakan dirinya sendiri sebagai Tuhan ataupun Allah? (Bagian 1)

Pertanyaan ini pasti diajukan dari sebuah pengamatan dari luar apa yang menjadi konteks Firman Tuhan dan kerap terjadi disekeliling kita.

Alasan pertama adalah: Karena apa yang ingin disampaikan oleh Firman Allah adalah pendekatan terhadap respon pribadi kita atas apa yang diajarkan, dilakukan dan dituliskan tentang-Nya. Karena itu pertanyaanNya masih bergema sampai saat ini, yaitu:  "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Lukas 9:20. Pertanyaan ini menegaskan bahwa ada banyak orang yang dapat menyimpulkan tentang diri Yesus (1)  tanpa pengenalan dan pengalaman bersamaNya. Kemudian kita lupa bahwa seseorang dapat mengenal Yesus karena (2) Dialah yang menyatakan diri kepada mereka yang datang kepada-Nya untuk mengetahui dan mengenal-Nya. Itu sebabnya pada ayat yang pararel dengan Lukas 9:20, yaitu Matius 16:17 menyatakan:" Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga".

Kedua, karena salah satunya kita tidak memperhatikan saat Yesus disebut sebagai Tuhan (Lord). Jika kita mengartikan pada konteks masa kini maka kita mungkin mengatakan bahwa Yesus itu seperti seorang tuan. Tapi sekali lagi kita tidak membawa pengertian "Tuhan" dalam konteks kita masing-masing namun apa yang dikenal dan diketahui oleh penulis saat itu khususnya berkaitan dengan Perjanjian Lama yang berkali-kali menggunakan kata "Yahweh" ( Jehovah) yang artinya adalah Tuhan. Sebagaimana dinyatakan "Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit...(Kejadian 2:4).

Pelajaran:

1. Ingat bahwa pertanyaan dalam Matius maupun Lukas menegaskan kembali kepada kita "Tetapi apa katamu,siapakah Aku ini?" dan  "Menurut kamu, siapakah Aku ini? Muslim mengatakan Yesus adalah nabi, mungkin juga ada yang mengatakannya sebagai guru seperti Gandhi. Namun, pertanyaan ini ditanyakan kepada kita secara pribadi: Menurut kamu, siapakah Yesus itu?

2. Kita tidak sedang menjadi pengamat dari luar dan tidak melihat keterkaitan hubungan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru yang menyatakan identitas Yesus secara berulang-ulang dan jelas.


Selasa, 03 November 2015

Mengapa ada banyak denominasi gereja? (Bagian 1)

Denominasi menjadi begitu banyak karena penafsiran yang berbeda dan perilaku yang dihasilkannya.


Perbedaan penafsiran menyebabkan "Perpecahan". Perbedaan penafsiran menghasilkan pengajaran dan perilaku dari mereka yang mengajarkan dan yang mengikuti. "Perpecahan" karena perbedaan penafsiran ini bisa dibenarkan jika koreksi yang dilakukan pada konteks tertentu dan sehubungan dengan perilaku tertentu. 

Jika kita melihat ini dalam kaitan sejarah maka sejarah reformasi membuktikan adanya penafsiran yang berbeda dari apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh teks. Sehingga gereja pada saat itu mengembangkan ajarannya yang salah satunya menuntun pada perilaku umat untuk membayar dengan sejumlah uang untuk mendapatkan surat penghapusan dosa (indulgence). Penafsiran terhadap teks Matius 16:19;Matius 18:18 dan Yohanes 20:23. 


Marthin Luther melakukan protesnya dengan mencantumkan ke-95 dalil itu di pintu Gereja Kastil di Wittenberg, Jerman, 31 Oktober 1517 yang menantang ajaran-ajaran Gereja tentang hakikat penitensia, otoritas paus dan manfaat indulgensia. Dasar penafsiran Luther datang dari pergumulan pribadinya untuk mendapatkan kedamaian bersama Allah melalui studi kitab Roma sehingga menghasilkan pengajaran yang menentang perilaku ajaran Gereja Khatolik.


Dari peristiwa sejarah ini kita mendapatkan penafsiran itu mempengaruhi pengajaran, pengajaran menghasilkan perilaku yang membawa umat ke arah yang sama tanpa menyadari benar atau tidaknya Alkitab mengajarkan demikian. Saat Luther menentang ajaran-ajaran gereja ia tidak terpikir melahirkan gereja dengan denominasi baru. Ia dan ajarannya dianggap bidat atau ajaran sesat, bukan denominasi. Denominasi muncul karena tidak adanya titik temu diantara keduanya dan sikap protes Luther. Istilah "Protestan" merujuk kepada "surat protes" yang disampaikan oleh para pembesar yang mendukung protes dari Martin Luther melawan keputusan Diet Speyer pada tahun 1529, yang menguatkan keputusan (edik) Diet Worms yang mengecam ajaran Martin Luther sebagai ajaran sesat (heretik). Great Controversy Examined The Diet of Speyer, 1529 by Dieter Heimke (translated from German to English by J. Krahne)  https://id.wikipedia.org/wiki/Protestanisme#cite_note-3


Pelajaran penting yang dapat diambil adalah: Pertama, penafsiran tidak seharusnya dilakukan hanya untuk mendukung sebuah konsep, sistimatika dan pikiran manusia sehingga meluputkan konteks keseluruhan kitab yang ada. Kutipan teks Matius 16:19;Matius 18:18 dan Yohanes 20:23 tidak diperlakukan secara utuh satu kitab sebagaimana apa yang dilakukan Luther ketika ia melakukan studi Kitab Roma. Kedua, setiap penafsiran yang melahirkan pengajaran harus di diuji dalam perilaku seseorang yang secara langsung ataupun tidak langsung mengungkapkan motif dan tujuan penetapan pengajaran tersebut, dalam konteks "indulgence" ialah UANG. 









Sabtu, 07 September 2013

BGA Hakim-hakim 10:1-5

Tola
1 Sesudah Abimelekh,  bangkitlah Tola bin Pua m  bin Dodo, seorang Isakhar, untuk menyelamatkan orang Israel. Ia diam di Samir, di pegunungan Efraim 2 dan ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel dua puluh tiga tahun lamanya; kemudian matilah ia, lalu dikuburkan di Samir.
Yair
3 Sesudah dia, bangkitlah Yair, orang Gilead, yang memerintah sebagai hakim atas orang Israel dua puluh dua tahun lamanya. 4 Ia mempunyai tiga puluh anak laki-laki, yang mengendarai tiga puluh ekor keledai  jantan, dan mereka mempunyai tiga puluh kota, yang sampai sekarang disebutkan orang Hawot-Yair, di tanah Gilead. 5 Lalu matilah Yair dan dikuburkan di Kamon.

Apa yang Kubaca?
Kita membaca dua hakim-hakim sekaligus yang ceritanya sangat singkat.Menarik jika kita memperhatikan singkatnya kedua cerita ini karena perbedaan kedua hakim ini dengan para Hakim sebelumnya dicatat bahwa keduanya bangkit sesudah Hakim sebelumnya memerintah dan tidak ada frasa “maka Tuhan membangkitkan...”,  panggilan atau kunjungan malaikat Tuhan sebagaimana yang diceritakan pada Hakim-Hakim sebelumnya.
Hakim pertama, Tola, menjadi Hakim setelah Abimelekh memerintah. Ia dari suku Isakhar. Tujuan kedudukannya sebagai hakim adalah menyelamatkan orang Israel. Ia tinggal di Samir, pegunungan Efraim, memerintah sebagai hakim atas orang Israel 23 thn lamanya; kemudian ia mati dan dikuburkan di Samir. Jadi tidak ada catatan peperangan apapun pada masa itu yang dapat menceritakan kepahlawanan hakim Tola ini.
Hakim kedua dari bacaan kita bernama Yair. Ia dari orang Gilead (Gilead terletak  di wilayah Gad, Ruben dan Manasye) . Setelah sukunya disebutkan maka penulis kitab Hakim-hakim langsng menyebutkan pemerintahanya selama dua puluh tahun, lebih singkat dari Tola yang 23 tahun lamanya. Padahal Yair mempunya tiga puluh anak laki-laki, tiga puluh ekor keledai jantan, yang pada masa itu menunjukkan status sosial yang tinggi dan mereka mempunyai tiga puluh kota., lalu Yair namanya juga ditatat sbegagi orang Hawot-Yair, di tanah Gilead. 
Menarik jika kia memperhatikan hakim Israel berikutnya, yaitu Yefta yang juga dari suku Gilead dan sebelumnya atau diantara kedua hakim Yair dan Yefta ini  diceritakan tentang kondisi bgs Israel yang kembali melakukan apa yang jahat dimata Tuhan dan menyembah Baal.

Apa Pesan Allah Padaku?
Peringatan
Kedudukan, Pekerjaan , Tujuan dan Nama kita yang Dicatat tidak menentukan ataupun menjamin hubungan kita dengan Tuhan juga Karya maupun Dampaknya bagi orang lain.
Mengapa demikian?

Pertama, dari kedua Hakim ini kita mendapati bahwa keduanya tidak di dapati sebagai para Hakim yang dibangkitkan oleh Tuhan (Bandingkan dengan kisah singkat para Hakim lainnya di Hak. 12:8, 11 dan 12 tentang Ebzan, Elon, dan Abdon, yang sama sekali tidak ada “Bangkit”). Sebagaimana dengan Abimelekh kita tidak mendapatkan catatan apapun tentang perjumpaan dan hubungan keduanya dengan Tuhan maupun peperangan yang dimenangkan oleh keduanya untuk menyelamatkan bangsa Israel. Tola disebutkan sebagai penyelamat Israel , dia memerintah 3 tahun lebih lama dari Yair, namun kita tidak menemukan sama sekali tentang karyanya ataupun dampaknya disebutkan.

Kedua, kita dapat merefleksikan dari apa yang kita telah baca bahwa kedudukan, status dan kekayaan dari Yair dengan anak-anaknya tidak menumbuhkan pengaruh apapun buat bangsa Israel. Ia tidak disebutkan sebagai penyelamat maupun aktivitasnya dalam peperangan melawan penindasan. Masa-masa Tola sebagai hakim tampak sebagai masa “stabilitas nasional” sementara masa Yair sebagai masa kemakmuran dimana kemakmuran itu menjadi milik “Keluarga Yair” dengan nama yang dikenal sebagai “orang Hawot-Yair” (Bandingkan dengan Hak. 12:13, masa Abdon memerintah yang merujuk pada masa kemakmuran. Kemakmuran bisa menjadi potensi kejatuhan).

Pelajaran
Sentralisasi Misi membawa kembali manusia untuk kembali beribadah kepada Dia.
Apa yang menjadi sentralisasi misi kita? Apakah sentralisasi misi kita sebagai “penyelamat”, “Hero” demi stabilitas nasional? Apakah sentralisasi kita pada misi “kemakmuran”? Apakah misi sentralisasi keluarga? Apakah misi sentralisasi organisasi? Apakah senralisasi misi kita pada kebutuhan yang ada? Apakah sentralisasi misi kita?

Sentralisasi kitab Hakim-hakim mengajak kita kembali beribadah kepada Dia. Abimelekh bisa membunuh saudara-saudaranya hanya untuk kedudukan sebagai raja. Tola bisa mensentralisasi-kan pada misi penyelamat. Yair sebagai hakim bisa mensentralisasikan kemakmuran bagi keluarganya.  Sentralisasi hidup kita, anda dan saya menentukan saat ini juga apakah kita beribadah kepada Tuhan atau tidak dan kepada siapa kita beribadah.

Bagi orang muda, seringkali frasa “Menjadi orang” atau “Menjadi Seseorang”, seperti orang yang dikagumi dan menjadi “idol” kita sehingga membuat kita tidak lagi wapada bahwa arah kita tidak lagi pada Tuhan. Sentralisasi anak mudapun bukan lagi pada Tuhan. Misi menjadi seperti pengkhotbah “A”, memiliki gereja seperti “B”.


Apa Responku?
Bersyukur untuk FirmanNya yang mengingatkan saya terus menerus bahwa orientasi  pusat hidup itu seharusnya dimulai dari hubungan kita dengan Tuhan, bukan dengan hubungan kita dengan hal-hal yang menjanjikan. 

Bertobat dalam menjalankan hidup, keluarga dan organisasi yang tidak membawa sentralisasi misi yang benar, yaitu yang membawa kembali semua orang beribadah kepada Dia.


Berpegang pada janji bahwa setiap pemimpin, peran, maupun keterlibatan apapun seharusnya diletakkan pada kuasa Tuhan yang memampukan saya, ibu Dian dan Sahabat SU yang mendengarkan

Jumat, 11 November 2011

Efesus 5:15-21 – Baca Gali Alkitab

Efesus 5:15-21

5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup,
                              janganlah seperti orang bebal,
                                      tetapi seperti orang arif,
             5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
   5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh,
                                      tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.
            5:18 Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu,
                                      tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,
           5:19 dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur,
                                                                                                   kidung puji-pujian
                                                                                             dan nyanyian rohani.
                         Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.
                 5:20 Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita
                         Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita
           5:21 dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus

Apa yang kubaca?
Pertama, mari kita lihat bahwa bagian yang kita baca ini merupakan bagian  terintegrasi  dari keseluruhan pasal dalam kitab Efesus. Namun secara proporsional konteks terdekat dari apa yang itu terhubung dari pasal 4:17-6:9. Paulus  menggunakan kata “sebab itu” ataupun “Karena itu” menjelaskan kaitannya.
 Ketika Paulus menyebutkan tentang manusia baru pada pasal 4:17-24 sebenarnya Paulus masih dalam  hubungan tematis kitab Efesus, yaitu tentang kasih, kesatuan  dan sikap yang diperlukan untuk menjalin kasih dan kesatuan tersebut. Ketika memasuki pasal 4:17 sebenarnya Paulus lebih menunjukkan ke hal yang bersifat  personal, menajam, sehingga ia mengatakan. “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu….” ay. 17.
Mulai ayat 17 sampai ayat 24, Paulus menekankan menjadi manusia baru adalah mereka yang berhenti  hidup seperti orang –orang yang tidak mengenal Allah, menanggalkan manusia lama, diberbaharui dan mengenakan manusia baru. Baru pada ayat 25 sampai pada pasal 5:2 Paulus menyatakan lebih jauh tentang apa itu manusia baru, yaitu mereka yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sessungguhnya. Implementasinya kebenaran ada pada ayat 25-32, dasarnya adalah kasih pasal 5:1-3. Lalu mulai pasal 5:3 Paulus mengemukakan implementasi kekudusan yang dikontraskan dengan kecemaran, keserakahan dan penyembahan berhala. Paulus mengungkapkan ini bukan berarti mereka sedang terllibat dalam hal ini namun titin berat Paulus ada pada pengaruh lingkungan sehingga Paulus menutup dengan berkata, “Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka” 5:6.
Paulus tidak berhenti samapai disitu saja, Paulus menggunakan frasa yang dia gunakan pada pasal 2:1 “Kamu dahulu sudah mati…”; 2:11”dahulu kamu, sebagai orang-orang bukan Yahudi…”, kemudian pada konteks bacaan kita 5:8 “Memang dahulu kamu adalah kegelapan…”. Paulus mengkontraskan kehidupan yang dahulu dalam kegelapan dengan kehidupan orang-orang kudus yang hidup sebagai anak-anak terang, ay. 8-14 dengan menutup dengan kata “Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur  dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu” ay. 14.
 Bacaan kita hari ini merupakan penekanan  Paulus kembali kekontrasan hidup manusia lama yang berdusta dan tidak benar dengan kebenaran yang di dasarkan kasih, kekudusan dengan kecemaran, kegelapan dengan terang dengan kalimat, “karena itu” untuk direfleksikan kembali. Itu sebabnya kalimat selanjutnya Paulus menyatakan “perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup…”.
Jika Paulus sudah menegaskan hidup jemaat Efesus harus diperbaharui maka setiap kekontrasan dari hidup manusia yang lama dengan hidup manusia yang baru itu perlu diperhatikan, lagi kata Paulus ‘janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif” ay. 15

Apa Pesan Allah padaku?
Hiduplah Bijaksana – Perhatikan Hidupmu
5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif
Paulus memberi perintah untuk  terus (berkelanjutan) memperhatikan, mengarahkan pikiran , mempertimbangkan, mengambil pelajaran  dengan tepat, secara akurat terhadap keadaan hidup. Hidup yang dimaksud adalah hidup yang bijaksana.
Hidup sebagai orang yang bijaksana[1] dalam konteks sebelumnya memperlihatkan kehidupan yang bukan sekedar mengalami pertobatan melainkan juga hidup yang mengalami pembaharuan. Kebijak-sanaan timbul karena sesorang telah berada dalam Kristus (mengenal Kristus, mendengar  tentang dia dan menerima, ay, 21 bdk. psl. 1:13), menanggalkan manusia lama, dan dperbaharui di dalam roh dan pikiran.  Tanpa keseluruhan apa  yang dinyatakan oleh Firman-Nya maka kebijaksanaan itu tidak memiliki dasar yang kokoh, kitapun menjadi bodoh. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat menjadi bijaksana ataupun arif tanpa Firman Tuhan. (Pembahasan yang berkaitan dengan hikmat dan kebijaksaaan pun kitab Amsal menyajikannya dengan sangat mendalam).
Apakah tujuan kita membaca blog ini kalau kita tidak memperhatikan Firman Tuhan dengan seksama. Ngapain kita baca Firman Tuhan tanpa mengkaitkannya dengan konteksnya. Ngapain kita baca buku renungan, buku rohani, tafsiran, ikut seminar  tanpa memperhatikan dengan seksama Firman-Nya dari mulai membaca, merenungkan sampai melakukan Firman-Nya.  Hidup bijaksana Perjanjian Lama punya konsep kebijaksanaan dalam hidup yang merenungkan Firman Tuhan siang dan malam, apakah kita memiliki konsep  tersebut?  Apakah kita aplikasikan?
Menjadi bijaksana diawali dengan memperhatikan hidup kita dengan apa yang Tuhan nyatakan melalui Firman-Nya. Berhati-hatilah agar kita tidak menjadi bebal karena kita mendengarkan Firman Tuhan hanya dari orang lain dan orang tersebut adalah satu-satunya orang yang paling kita dengarkan, pengajaran tertentu, doktrin gereja tertentu, yang akhirnya tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan kita pribadi di hadapan Tuhan. Mari para hamba Tuhan, pengajar sekolah Alkitab, guru agama, rohaniawan Kristen, majelis gereja, jangan biarkan jemaat tidak celik Alkitab dengan tidak melakukan pendekatan pribadi jemaat dengan Firman Tuhan melalui Saat Teduh mereka. Jangan jadi Kekristenan dan Alkitab produk jualan.  Memperhatikan hidup kita dengan Firman Tuhan membutuhkan waktu seumur hidup.
Paulus menyatakan, “Bagaimana kamu hidup?” Bukan bagaimana kamu sembuh atau bagaimana imanmu, sudah sampai level mana, bukan gelarmu,  dari STT, master teologi, doktor teologi sekalipun. Kalau kita mau kembali ke teks sebelumnya,  maka pertanyaan ini bisa menjadi, bagaimana kamu hidup, jadi terang atau tidak?
Ketika hubungan kita tidak takut akan Tuhan maka kita tidak ada bednya dengan orang yang tidak mengenal Tuhan, 4:17.

Pergunakanlah Waktu – Perhatikan Waktumu
5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat
Kata “pergunakanlah” dan “waktu” merujuk pada tindakan menebus waktu yang ada. Hal ini berarti kita melakukan tindakan di mana saja, dan tidak membiarkan saat yang tepat lewat , tidak diperhatikan, selain menjadikan waktu itu sebagai kesempatan yang ada [2] karena hari-hari ini adalah jahat, ay. 16. Hari-hari yang melanda dengan masalah ataupun penganiayaan.
Waktu bagi kita berlalu cepat, tapi sadarkah kita perubahan apa yang sudah terjadi kita lakukan, dan perubahan apakah yang Tuhan sudah kerjakan melalui diri kita? Perubahan waktu itu sangan cepat dan jahat karena  kita dapat hidup di zaman yang cepat berubah namun tanpa perubahan apapun dalam hidup kita. Sampai-Sampai kita menganggap manusia baru dapat kita raih sementara kita tidak menanggalkan manusia lama, ay. 4:22.
Berusaha mengerti kehendak Tuhan – Perhatikan Kehendak Tuhan
5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan
Konteks tentang kehendak Tuhan diungkapkan Paulus sebelumnya dalam pasal 4:24, yaitu di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Sekali lagi, hidup persekutuan (ay. 18) dan belajar Firman (ay. 20-21) merupakan rangkaian yang menjadi tanggungjawab yang harus kita usahakan.
Orang percaya bahwa tidak membaca adalah bagian dari kebodohan, namun bagi orang yang buta tidak mendengar adalah kebodohan. Jadi apakah kita buta, tuli, tidak dapat bicara menentukan segalanya? TIDAK!! Bukankah ada yang mendengar tetapi tidak mendengar dan yang melihat tidak melihat? Kebodohan terjadi ketika kita lagi-lagi menggunakan pikiran yang sia-sia, kedegilan hati, dan perasaan yang tumpul. kita telah kehilangan “sense of God”. Karena itu dinyatakan Paulus bahwa orang yang di dalam Kristus “telah diciptakan menurut kehendak Allah didalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” ay. 24.
Berusaha mengerti kehendak Tuhan menurut konteks Efesus berbicara tentang kebenaran di dalam kasih (2:25-3:1-2. Terutama 4:15,24). Ketika kita berbicara tentang kebenaran jangan tinggalkan kasih. Masih adakah “aturn main” dalam On air atau siaran Live rohani dengan memblokir sms dan penelpon karena hanya untuk kepentingan narasumber , “kebenaran” narasumber  atau pembicara ditonjolkan kemudian melupakan kasih. Kalau narasumber, pembicara, tokoh agama pilih-pilih sms dan penelpon maka itu bukan kasih. Apalagi radio dan TV adalah media publik. Dimana kebenaran dan dimana kasih-Nya? Apakah ada orang yang mau berusaha mengerti kehendak Tuhan tapi tidak mau dikoreksi?
Berusaha mengerti kehendak Tuhan menurut konteks Efesus berbicara tentang kesatuan (2:15). Dimana pertama kalinya Paulus menyebut kata “manusia baru” dengan kalimat “…untuk menciptakan keduanya (konteks orang non-Yahudi dan Yahudi) menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera” ay. 2:15. Kita heran sekarang makin banyak denominasi gereja dan gedung gereja didirikan hanya untuk menetapkan batas-batas jangkauan pelayanan, entah disebabkan faktor financial jadinya di Kelapa Gading orang cenderung buka pelayanan gerejanya sampai daerah Menteng agar menjangkau orang-orang kaya. Kalau kita luaskan pasal 2:11-12 maka kita melihat bagaimana orang Yahudi di masa lalu dan kita juga dimasa kini melakukan fit and proper test, yaitu berdasarkan kelahiran dan aturan-hukum sunat lahiriah. Intinya dari jemaat sampai menjadi pendeta semuanya tampak nyata hanya dari yang lahiriah. Dari tanda baptis anak sampai baptis ulang, dari jemaat awal, senior, jemaat yang edukasinya tinggi, penyandang dana gereja, gelar hamba Tuhan, doktrin gereja  menjadi ukuran kehendak Tuhan. Sampai-sampai orang suka kutip ayat-ayat dari kitab Efesus lalu berbicara tentang karunia-karunia dan pertumbuhan jemaat padahal konteks semua itu adalah Pemberian Kristus, “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus”, 4:7. Jadi legalitas apa yang membuat saya jadi narasumber,menulis blog ini, kita jadi orang Kristen, jadi guru agama, pendeta, hamba Tuhan? Kalau kita bermain legalitas maka kita sebagai umat Kristen di seluruh dunia tidak pernah bersatu dan kita tidak pernah menjangkau jiwa-jiwa karena kita sibuk dengan gereja dan program masing-masing.
Hidup yang dipenuhi dengan Roh ay. 18-21 - Perhatikan Siapa yang mengontrol Hidup Kita
5:18 Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh. 5:19 dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati 5:20 Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita 5:21 dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus
Paulus mengungkapkan bagian Kita bisa berjalan (hidup) dengan bijak dengan membiarkan Roh Kudus mengontrol hidup kita. Ketika kita menentukan hidup kitadengan menggunakan pikiran yang sia-sia, kedegilan hati, dan perasaan yang tumpul maka pada saat itulah kita sedang mabuk anggur yang menimbulkan hawa nafsu.  Kita menyerahkan diri kepada hawa nafsu, ay. 18 bdk. 4:19 dan mendukakan Roh Kudus, ay. 30. Bukan kebetulan juga Paulus mengemukakan tentang perkataan seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung pujian , dan nyanyian rohani, bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati serta mengucap syukur  karena hal ini menunjukkan implikasi kekudusan Tuhan yang dipertentangkan dengan kecemaran di ayat 3-6 namun juga terang yang berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran itu terwujud, ay. 9.
Apa Responku?
Bertobat.  Saya melihat bagian dari hidup saya yang perlu diperhatikan adalah tentang siapa yang mengontrol hidup saya. Terutama berhubungan dengan kemarahan,  4:26, 31. Pada tanggal 9 November sekitar pk. 8 pagi saya menelpon isteri saya untuk meminta maaf atas kemarahan saya yang dapat melukai dia terlebih mendukakan Tuhan. Saya bilang bahwa masalahnya adalah saya mungkin tidak sadar bahwa perkataan saya ketika saya marah dapat menyakiti dia dan mendukakan Tuhan. Ini bukan saja yang dinyatakan Tuhan pada saya lewat Efesus tapi juga peristiwa kemarahan Musa yang mengatakan sesuatu yang Tuhan tidak suruh dia katakana ketika pada saat yang sama Musa memukul batu yang mengeluarkan air untuk memberi minum bangsa Israel. Tuhan berada di dekat didekat Musa pada waktu itu. Perkataan-Nya jika diterjemahkan dari bahasa Inggris “Hei pemberontak-pemberontak…” (Hey rebels…). Jadi Firman Tuhan mengingatkan saya untuk bertobat, menanggalkan, menyingkirkan kemarahan dari hidup saya,  dan sangat berhati-hati dalam perkataan saya karena saya tidak saja sedang berkata-kata kepada isteri, murid, anak saya tapi juga dihadapan Tuhan.  Roh Kudus yang saya dukakan.


[1] Sophos, membentuk rencana terbaik dan menggunakan sarana terbaik untuk melakukan tindakan atau eksekusi
[2] Waktu disini adalah kairos bukan kronos. Kairos disini adalah waktu yang tetap dan pasti definite article), saat hal-hal dibawah keadaan krisis karena hari-hari ini adalah jahat. Kairos tidak hanya sebagai suksesi menit, sebagaimana kata Yunani lainnya, yaitu chronos, tetapi Kronos disini merupakan periode kesempatan, kesempatan tertentu.